Evolusi dan penerapan teori organisasi dalam tata kelola perusahaan (corporate governance) modern telah menjadi semakin penting seiring dengan perusahaan yang menghadapi lingkungan kompleks yang ditandai oleh kemajuan teknologi yang pesat, globalisasi, dan ekspektasi pemangku kepentingan yang meningkat. Teori-teori seperti teori institusional (institutional theory), teori pemangku kepentingan (stakeholder theory), teori keagenan (agency theory), dan teori penatagunaan (stewardship theory) menyediakan kerangka kerja penting yang mempengaruhi praktik tata kelola dan proses pengambilan keputusan dalam organisasi.
Sintesis ini akan mengeksplorasi bagaimana teori-teori tersebut membentuk tata kelola perusahaan modern, integrasinya ke dalam kerangka kerja tata kelola yang efektif, dan adaptasinya terhadap tantangan bisnis kontemporer.
Institutional theory menyatakan bahwa organisasi dipengaruhi oleh lingkungan institusional tempat mereka beroperasi, yang mengarah pada adopsi praktik-praktik yang meningkatkan legitimasi dan kelangsungan hidup.[1] Teori ini menggarisbawahi pentingnya mematuhi norma dan ekspektasi masyarakat, yang dapat berdampak signifikan pada struktur tata kelola perusahaan. Misalnya, organisasi dapat mengadopsi praktik tata kelola yang selaras dengan persyaratan regulasi atau standar industri untuk mempertahankan legitimasi, seperti yang ditunjukkan dalam studi yang meneliti tata kelola perusahaan di pasar berkembang.[2]. Selain itu, institutional theory menyoroti peran tekanan eksternal, seperti aktivisme pemangku kepentingan dan perubahan regulasi, dalam membentuk praktik tata kelola, sehingga mempengaruhi kinerja organisasi.[3]
Stakeholder theory melengkapi institutional theory dengan menekankan perlunya organisasi untuk mempertimbangkan kepentingan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemegang saham, karyawan, pelanggan, dan masyarakat.[4] Teori ini menganjurkan pendekatan seimbang terhadap tata kelola yang berupaya memenuhi berbagai kepentingan pemangku kepentingan, yang dapat mengarah pada peningkatan kinerja dan keberlanjutan perusahaan. Studi empiris telah menunjukkan bahwa organisasi yang secara efektif melibatkan pemangku kepentingan cenderung mengalami peningkatan reputasi dan hasil kinerja.[5] Misalnya, perusahaan yang memprioritaskan inisiatif corporate social responsibility (CSR) sering melihat dampak positif pada kinerja organisasi mereka, karena inisiatif ini sesuai dengan nilai dan harapan pemangku kepentingan.[6]
Agency theory berfokus pada hubungan antara pemegang saham (principals) dan manajemen (agents), menyoroti potensi konflik kepentingan yang dapat muncul dalam tata kelola perusahaan.[7] Teori ini menunjukkan bahwa mekanisme tata kelola yang efektif, seperti kompensasi berbasis kinerja dan pengawasan dewan, sangat penting untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa organisasi yang menerapkan prinsip-prinsip agency theory yang kuat, seperti pelaporan transparan dan ukuran akuntabilitas, cenderung mencapai kinerja keuangan yang lebih baik.[8]
Selanjutnya, integrasi agency theory dengan stewardship theory, yang menyatakan bahwa manajer dapat bertindak sebagai pengelola sumber daya organisasi, menawarkan pemahaman yang lebih bernuansa tentang dinamika tata kelola[9] Integrasi ini dapat mengarah pada kerangka tata kelola yang mendorong kolaborasi dan kepercayaan antara manajemen dan pemangku kepentingan, yang pada akhirnya meningkatkan efektivitas organisasi.
Adaptasi teori-teori organisasi ini terhadap tantangan bisnis kontemporer sangat penting, terutama dalam konteks transformasi digital. Seiring organisasi semakin memanfaatkan teknologi digital, kerangka tata kelola harus berkembang untuk mengatasi risiko dan peluang baru yang terkait dengan digitalisasi. Misalnya, adopsi praktik tata kelola digital, yang menggabungkan analitik data dan langkah-langkah keamanan siber, menjadi penting untuk pengambilan keputusan dan manajemen risiko yang efektif.[10]
Studi telah menunjukkan bahwa organisasi yang merangkul transformasi digital sambil mematuhi prinsip-prinsip tata kelola yang mapan cenderung mengungguli rekan-rekan mereka dalam hal inovasi dan respons pasar. [11] Hal ini menyoroti pentingnya mengintegrasikan teori tata kelola tradisional dengan strategi digital modern untuk menciptakan organisasi yang tangguh dan adaptif.
Aplikasi praktis dari teori-teori organisasi ini dalam tata kelola perusahaan terlihat dalam berbagai studi kasus. Misalnya, perusahaan yang berhasil menerapkan prinsip-prinsip stakeholder theory sering melaporkan peningkatan keterlibatan karyawan dan loyalitas pelanggan, yang mengarah pada peningkatan kinerja keuangan.[12] Selain itu, organisasi yang mengadopsi prinsip-prinsip agency theory, seperti membentuk dewan independen dan menerapkan evaluasi kinerja yang ketat, telah menunjukkan akuntabilitas dan transparansi yang lebih besar, yang penting untuk mempertahankan kepercayaan pemangku kepentingan. Lebih lanjut, integrasi stewardship theory ke dalam praktik tata kelola dapat menumbuhkan budaya kolaborasi dan tanggung jawab bersama, yang penting untuk menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks.[13]
Dampak teori organisasi pada struktur dewan dan proses pengambilan keputusan adalah area fokus penting lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang menyelaraskan struktur dewan mereka dengan kepentingan pemangku kepentingan cenderung mengalami hasil tata kelola yang lebih efektif.[14] Misalnya, dewan yang mencakup anggota beragam dengan keahlian bervariasi lebih siap untuk mengatasi tantangan kompleks dan membuat keputusan yang terinformasi yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya.[15]
Selain itu, hubungan antara teori organisasi dan kinerja perusahaan telah didokumentasikan dengan baik, dengan studi yang menunjukkan bahwa organisasi yang secara efektif menerapkan kerangka tata kelola berdasarkan teori-teori ini cenderung mencapai hasil keuangan dan operasional yang unggul.[16]
Sebagai kesimpulan, evolusi dan penerapan teori organisasi dalam tata kelola perusahaan modern sangat penting bagi organisasi yang berusaha berkembang dalam lanskap bisnis yang semakin kompleks dan dinamis. Integrasi institutional theory, stakeholder theory, agency theory, dan stewardship theory ke dalam kerangka tata kelola memberikan wawasan berharga dalam pengambilan keputusan yang efektif dan keterlibatan pemangku kepentingan. Seiring organisasi terus beradaptasi dengan tantangan kontemporer, terutama dalam ranah transformasi digital, relevansi teori-teori ini hanya akan tumbuh, menggarisbawahi kebutuhan akan penelitian berkelanjutan dan aplikasi praktis dalam tata kelola perusahaan.
Referensi
[1] Akshita Arora and Chandan Sharma, ‘Corporate Governance and Firm Performance in Developing Countries: Evidence From India’, Corporate Governance, 16.2 (2016), pp. 420–36, doi:10.1108/cg-01-2016-0018.
[2] Inessa Love and Andrei Rachinsky, ‘Corporate Governance and Bank Performance in Emerging Markets: Evidence From Russia and Ukraine’, Emerging Markets Finance and Trade, 51.sup2 (2015), pp. S101–21, doi:10.1080/1540496x.2014.998945.
[3] Cesar Sáenz and Lyla Romero, ‘Relationship Between Corporate Governance and Social Responsibility: Evidenced in Mining Companies’, Corporate Social Responsibility and Environmental Management, 27.2 (2019), pp. 552–61, doi:10.1002/csr.1819.
[4] Arora and Sharma, ‘Corporate Governance and Firm Performance in Developing Countries: Evidence From India’.
[5] Min-Seong Kim and Brijesh Thapa, ‘Relationship of Ethical Leadership, Corporate Social Responsibility and Organizational Performance’, Sustainability, 10.2 (2018), p. 447, doi:10.3390/su10020447.
[6] Jianbo Dong, ‘Linking Corporate Social Responsibility and Organizational Performance in WH Industrial Holdings Company in China’, Ijgem, 2.2 (2024), pp. 273–80, doi:10.62051/ijgem.v2n2.34.
[7] Dongying Du and others, ‘CEO Organizational Identification and Corporate Innovation Investment’, Accounting and Finance, 62.3 (2022), pp. 4185–4217, doi:10.1111/acfi.12920.
[8] Arora and Sharma, ‘Corporate Governance and Firm Performance in Developing Countries: Evidence From India’.
[9] Du and others, ‘CEO Organizational Identification and Corporate Innovation Investment’.
[10] ‘A Study of the Impact of Digital Technology Capabilities on Firm Performance—A Moderated Mediation Model’, Accounting and Corporate Management, 5.10 (2023), doi:10.23977/acccm.2023.051014.
[11] ‘A Study of the Impact of Digital Technology Capabilities on Firm Performance—A Moderated Mediation Model’.
[12] Kim and Thapa, ‘Relationship of Ethical Leadership, Corporate Social Responsibility and Organizational Performance’.
[13] Du and others, ‘CEO Organizational Identification and Corporate Innovation Investment’.
[14] Arora and Sharma, ‘Corporate Governance and Firm Performance in Developing Countries: Evidence From India’.
[15] Sáenz and Romero, ‘Relationship Between Corporate Governance and Social Responsibility: Evidenced in Mining Companies’.
[16] Kim and Thapa, ‘Relationship of Ethical Leadership, Corporate Social Responsibility and Organizational Performance’.